Rabu, 12 Juli 2017

E-money dan RIba [Pengalaman Pribadi]

Riba dan segala bayang-bayangnya.
Saya itu baru engeh soal riba tahun 2013. Jaman-jaman baru lulus kuliah, kerja, punya penghasilan, terus mulai mikir ini uang saya bermuara halal apa ngga. #idealis wkwk.
Semua teori-teori tentang riba dibaca. hasilnya? pusing! Terus saya coba cari guru. Sekali itu saya ikut kajian tentang riba. Bagus banget sih kajiannya. Saking bagusnya selesai kajian saya makin pusing. Wkwkwk. Detail banget pembahasannya sampe masuk-masuk ke teori-teori ekonomi. buat saya yang gak punya basik ekonomi, kajian itu sulit banget saya cerna.

Dari pemaparan di kajian itu yang saya dapat adalah suatu kesadaran bahwa riba ini ngeri-ngeri syedap. Dosannya ga main-main. Bahkan dalam surat Al-Baqorah ayat 278-279 Allah menantang perang orang-orang yang tidak meninggalkan riba. ngeri ga tuh? syedapnya lagi jika sudah masuk ke sistem muamalah sehari-hari terkadang wujud riba itu jadi berbayang. Keliatannya sih bener-bener aja eh ternyata riba.

Sampai detik ini pun saya belom paham banget soal riba ini. Soalnya jenis riba itu banyak banget. Tapi yang saya pahami adalah penting bagi kita untuk memperhatikan akad dalam setiap transaksi (jual beli) maupun perjanjian dan juga memperhatikan sifat barang transaksi. Jangan sampai ada kelebihan karena secara bahasa riba berarti ziyadah (tambahan) dan berhati-hati juga dengan transaksi dengan barang-barang yang bersifat ribawi. Beberapa kali saya terjebak riba karena saya ga ngerti soal akad (semoga Allah menampuni saya).

salah satu contoh barang ribawi adalah uang. Pernah saya kecele riba waktu top up e-money. Seperti kita tahu, bahwa sekarang busway sudah menerapkan sistem e-money dalam setiap transaksi perjalanan. Di satu sisi e-money ini memang sangat memudahkan untuk kita yang tinggal di kota besar. ga perlu repot sedia receh, bebas antrian, dan otomatis menghemat waktu perjalanan. Tinggal tempel kartu di pintu masuk shelter terus masuk deh. Itu juga kalo ada saldonya. hehehe. Tapi ternyata e-money ini memiliki titik kritis untuk terpapar riba. Titik kritisnya saat top up saldo e-money.

Selama saya pakai e-money baru 2x saya top-up saldo sendiri. biasanya nebeng top up sama bapake, haha. waktu pertama kali top up saya bilang ke pettugasnya "mba top up 20rb ya" terus si mba bilang "iya mba kalo top up 20rb dapetnya 18rb. gpp?". Saya pun bilang "gpp" karna lagi buru-buru. diperjalanan saya baru liat struk. lah kok 18rb yak. oh mungkin 2rb nya biaya admin. eh jd riba ga ya?

Turun di halte tujuan saya lihat poster tentang top up saldo. Ternyata 2rb itu memang biaya admin. saya buka-buka catetan lagi, tanya teman-teman yang lebih paham, dan tanya juga ke bapake soal transaksi saya itu. kesimpulannya riba. *cry*

Kenapa? karena uang itu termasuk barang ribawi, artinya jikalau di tukar haruslah dalam jumlah yang sama dan tunai. dalam hal ini jumlah yang saya tukar dan saya dapatkan gak sama. selisih 2rb. meskipun pada akhirnya kita (saya dan si mbak) sama-sama sadar kalau 2rb itu adalah biaya admin tapi pada transaksi si mbak ga nyebutin itu. entah memang di training seperti itu atau gimana. yang jelas akad yang terjadi saat transaksi adalah saya nuker uang 20rb dengan 18rb. Oiya berhati-hati juga dengan program diskon kalau kita pakai e-money baik e-money yang berbentuk kartu (buat busway,CL,toll, dll.) atau e-money yang belakangnya pay pay pay (suka ada di ojek online). ada titik kritis riba disana. baca disini.

Sejak saat itu saya bertekad untuk ga jatuh lagi di kasus yang sama. hari ini saat top up lagi ada 2 petugas yang berjaga. satu laki-laki dan satu perempuan.

saya : mba saya mau top up 20 rb. *sambil sibuk nyari dompet*
mba petugas : bisa mba.
saya : saya top up bulat 20rb yaa di luar biaya admin. bisa kan? *nyodorin uang 20rb, terus ecak ecaknya nyari 2rb an*

setelah struk mulai keluar barulah saya kasih uang 5 rb buat bayar biaya adminnya sebesar 2rb.

Petugas laki-laki yang dari tadi ngeliatin transaksi saya dan si mba nyeletuk bercanda "repot amat neng, langsung aja gitu 25 rb. heheh" saya bilang "iya abang kalau langsung saya kasih 22rb nanti jadi riba. saya kena dosa, mba nya kena dosa, sampe abang yang denger juga kena dosa. repot kan. hehehe."

Saya ga liat ekspresi si abang itu gimana saat saya bilang gitu karena sesungguhnya saya takut menegur ornag yang gak saya kenal. haha. khawatir tersinggung. Tapi gimana lagi ya, daripada akoh yang remah-remah nastar ini di ajak perang sama Allah, mendingan berani-beraniin ngomong aja deh. kalo mau dipikir ribet, emang ribet ya. ngapain pusingin biaya admin 2rb yang mayoritas orang mampu bayar. Tapi riba ini bukan perkara mampu atau ga mampu. ikhlas atau ga ikhlas. ini soal sistem syariat yang jika dijalankan pasti ada kebaikan dan jika tidak di jalankan bisa menimbulkan keburukan. Kalo hitungannya masih 2rb syariat ini mungkin ga berasa efeknya tapi kalau nominalnya sudah besar barulah terasa.sudah berapa banyak orang yang tertindas akibat riba?

Kasus e-money ini setipe dengan kasus penukaran uang baru waktu lebaran. kalau nukernya di bank pasti ga ada biaya admin atau jasa ya. tapi kalau nukernya di penyedia jasa biasanya ada biaya tambahan. untuk menghindarinya terkontaminasi riba, transaksi antara penukaran dengan membayar jasa harus dibedakan. Jasa yang dibayarkan juga harus flat rate. Mau nuker pecahan 10rb, 5rb, atau 2rb, segepok, duagepok, tiga gepok, biaya jasanya harus sama. kalo penyedia jasa ga mau? tinggalin. lebaran tetap berjalan meskipun tanpa uang baru.

Sudah saatnya bagi kita yang berada 'dibawah' mulai membumikan soal syariat ini. Karena pucuk yang hijau, buah yang manis, dan dahan yang rindang berasal dari akar yang sehat dan kuat. Saya yakin kebaikan itu berefek domino. Begitu pula dengan keburukan.



Maka, selamat berdomino.
Taat itu harus diusahakan sekalipun bagi seorang pendosa profesional.
beda dengan aku si remah-remah nastar yang ga pernah kamu usahakan. #duhmaaf #wkwkwk

2 komentar:

  1. sesuai dengan keresahan saya selama ini... saya kebetulan saya kerja di Transjakarta dan ini sudah lama menjadi pertanyaan saya. makasih mba tulisannya mencerahkan saya

    BalasHapus